Jumat, 03 November 2017

Perbaikan Manajemen Pelayanan di PT. KAI



Perbaikan Manajemen Pelayanan di PT. KAI
Kereta api menjadi salah satu transportasi yang paling diminati oleh para pemudik tidak hanya menjelang atau sesudah hari lebaran, tetapi untuk keperluan hari-hari biasa maupun bisnis antar kota. Para pengelola pun dituntut memberikan fasilitas yang mampu memuaskan penumpangnya.

Senior Manager Humas PT KAI Daop 1 Jakarta, Bambang S Prayitno, menyatakan fasilitas yang dimiliki PT KAI khususnya di Stasiun Pasar Senen memang selalu ditingkatkan dari tahun ke tahun oleh para pengelola. Dirinya pun menjelaskan perbedaan signifikan Stasiun Pasar Senen saat ini dengan beberapa tahun lalu.

"Sekarang kan mengalir, penumpang ke stasiun yang mau berangkat masuk datang lagi, masuk datang lagi, artinya kalau kita melakukan penataan itu harus tertib, artinya masyakarat harus bisa mengikuti itu. Kalau dulu kan penumpang datang berdesak-desakan masuk ke stasiun kadang datang tak jelas," kata Bambang kepada wartawan, Minggu (3/7/2017).

Bambang menjelaskan, beberapa tahun lalu para penumpang kereta api di Stasiun Pasar Senen seringkali mereka tidak jelas datang ke stasiun berharap dapat tiket pulang kampung. "Nah ini yang datang terus-terusan mereka ini engga jelas, lama-lama ada yang pingsan, ada yang sakit, kecopetan, tiket enggak dapet, nah itu dikatakan puncaknya tuh," ujarnya.

Sehingga saat itu, ungkap Bambang, pihaknya hanya berusaha bagaimana supaya cepat kereta bisa mengangkut semua penumpang, sehingga yang terpenting penumpang sampai tujuan. "Kalau dulu kan goalnya begitu, tapi kita tidak melaksanakan atau memberikan keselamatan kepada mereka. Jadi boro-boro nyaman, selamat aja sudah untung, yang penting sampai," jelasnya.

Dirinya mengaku sering terpikir keselamatan penumpang, karena saat itu dalam gerbong kapasitasnya seringkali kelebihan muatan, sehingga yang terjadi berdesak-desakkan di sana dengan semua kalangan usia yang tak jarang berjepit-jepitan.

"Artinya keselamatan penumpang di situ dan perjalanan juga kan over. Nah dulu seperti itu, orang datang ke stasiun dipaksa masuk berangkat. Itu namanya puncak," tuturnya.

"Kalau sekarang kan engga. Sekarang satu tiket untuk satu orang dan satu tempat duduk. Misalnya kapasitas angkut penumpang 600, ya yang berangkat 600 dan dipastikan engga ada yang engga dapet tempat duduk. Dan semua penumpang harus dengan identitas yang sebenar-benarnya. Jika ada ketahuan menggunakan calo, kita batalkan pemberangkatannya," tambahnya.

Dirinya sadar, Kereta Api memang perlu pendapatan, namun kejadian desak-desakan dengan segala kerugian yang terjadi bukanlah tujuan kereya api.

"Sehingga kini kita konsisten walaupun permintaan tinggi, yang diangkut tetap sesuai dengan daya tampung. Sekarang kita bisa menampung 100 persen. Kita berupaya bagaimana supaya bisa lebih baik dan lebih mudah," tutupnya.

PT Kereta Api Indonesia (Persero) merupakan satu-satunya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) perkeretaapian di Indonesia. PT KAI (Persero) sebagai perusahaan yang dimiliki sepenuhnya oleh negara secara konsisten menerapkan prinsip transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab kemandirian, dan profesionalisme dalam mengelola menjalankan bisnisnya dengan tetap berpedoman pada Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Pada Tahun 2016, PT. Kereta Api Indonesia (Persero) memiliki karyawan 28.216 orang untuk menyelenggarakan pelayanan angkutan kereta api di Jawa dan Sumatera. Jumlah tersebut terbagi menurut  pendidikan, dan usia pegawai seperti pada tabel di bawah ini :

SUMBER DAYA MANUSIA MENURUT PENDIDIKAN
URAIAN
2016
a. SD
1.194
b. SLTP
1.316
c. SLTA
22.993
d. D3
658
e. S1
1.978
f. S2
77
JUMLAH :
28.216

Apa yang disampaikan oleh Pak Bambang Prayitno itu sangat benar adanya, sudah jadi fenomena umum bahwa sebelum beberapa tahun ini kalau kita bepergian keluar kota naik kereta api, khususnya kelas ekonomi sungguh miris sekali, duduk dempetan, asap rokok yang membahana, penumpang yang tidak kebagian kursi tempat duduk pada duduk di lorong dan menggelar tikar serta tidak peduli penumpang yang lain terganggu, karena prinsip mereka kan sama-sama bayar dan beli tiket. Tidak ada kenyamanan sama sekali dan perjalanan pun ibaratnya seperti penyiksaan, penderitaan.
Hal ini terjadi bukannya karena tidak adanya manajemen tetapi sepertinya manajemen yang salah kaprah, tetapi untunglah sekarang jauh berbeda. Manajemen melakukan pembaruan sistem manajemen baik di tingkat SDM, Pelayanan, maupun Inprastruktur. Sehingga terasa sekali perubahan yang terjadi, sebagai contoh di bidang pelayanan antara lain Pemesanan Tiket dan Boarding Pass Kursi tempat duduk. Seperti ada dalam situs PT KAI terkait Manajemen sebagai berikut :

Penerapan Good Corporate Governance (GCG) di PT KAI (Persero) sebagai suatu sistem dan struktur untuk mengatur bagaimana perusahaan dikelola bertujuan untuk meningkatkan daya saing dan keberlanjutan usaha. Dengan adanya pembagian fungsi, hak, kewajiban, dan tanggung jawab pihak yang berkepentingan secara jelas memberikan landasan untuk kepastian seluruh proses dan mekanisme dilakukan baik untuk mencapai tujuan perusahaan serta mencegah penyimpangan dan risiko yang dapat mengakibatkan kegagalan pencapaian tujuan perusahaan.
Selain dimaksudkan untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, penerapan prinsip GCG juga dimaksudkan untuk memperhatikan keseimbangan antara hak dan kewajiban stakeholders. Penerapan GCG juga mempercepat PT KAI (Persero) dalam membentuk budaya perusahaan yaitu integritas, profesionalisme, keselamatan, inovasi, dan pelayanan prima dilingkungan usahanya.
Penerapan GCG di PT KAI (Persero) untuk mencapai keberhasilan atas visi, misi, dan tujuan Perusahaan, berlandaskan pada 5 (lima) prinsip-prinsip dasar GCG yaitu:
  1. Transparansi (transparency) yaitu keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai Perusahaan
  2. Akuntabilitas (accountability) yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban Organ sehingga pengelolaan Perusahaan terlaksana secara efektif.
  3. Pertanggungjawaban (responsibility) yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan Perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
  4. Kemandirian (independency) yaitu keadaaan di mana Perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
  5. Kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak Pemangku Kepentingan (Stakeholders) yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan
Insan PT KAI (Persero) memahami dalam menerapkan prinsip GCG dapat mendukung tercapainya tujuan Perusahaan baik dalam hal pertumbuhan usaha, profitabilitas, dan keberlangsungan usaha jangka panjang. Dengan demikian, Perusahaan dapat memberikan nilai tambah bagi stakeholders, meningkatkan kesejahteraan keluarga besar Perusahaan, dan memberikan kontribusi optimal bagi negara.
PT KAI (Persero) menyusun framework dan roadmap dalam mengimplementasikan GCG secara berkesinambungan. Hal ini disusun dan dipahami oleh seluruh insan PT KAI (Persero) dan diinternalisasikan keseluruh lapisan perusahaan dengan 3 (tiga) target maturity penerapan:

PT Kereta Api Indonesia (Persero) Corporate Governance Road Map

Untuk mencapai hal tersebut, PT KAI (Persero) menyusun kerangka pengelolaan untuk menjamin keberlangsungan penerapan GCG di perusahaan:
PT Kereta Api Indonesia (Persero) Corporate Governance Framework


Dari data diatas jelas telah terjadi perubahan yang luar biasa di manajemen PT. KAI sehingga perubahan pun terjadi dengan sangat cepat, menuju ke arah yang lebih baik, peningkatan pelayanan yang sangat terasa oleh para pengguna.

Ada 2 hal yang paling dirasakan oleh pengguna yang sangat berbeda dengan yang dulu yaitu :
1.       Pembelian Tiket Sistem online
Saat ini, pembelian tiket kereta api berbasis online sudah jamak dilakukan. Tak perlu antri panjang, pengguna layanan transportasi sejuta ummat ini bisa memesan tiket hanya dengan bermodalkan gadget. Asal saldo di rekening tabungan mencukupi, bahkan tak perlu keluar rumah. Bandingkan dengan tahun 1990an sampai dengan 2000an. Calon pembeli bahkan harus antri dari sejak pagi buta demi mendapatkan tiket. Belum lagi jika mendekati peak season pada musim libur lebaran dan natal. Entah jam berapalah harus antri buat beli tiket.
2.       Bukti Boarding pass
Seperti halnya jika akan naik pesawat, maka seluruh calon penumpang wajib melakukan boarding pass. Lazimnya, proses ini dilakukan satu jam sebelum keberangkatan. Kita diwajibkan mencetak ulang tiket, baik yang dibeli via online, maupun pembelian secara langsung. Nah, pada saat boarding pass, calon penumpang wajib menunjukkan kartu identitas. Umumnya menggunakan KTP. Bisa juga menggunakan SIM atau passport.

Semoga kedepannya Pelayanan Jasa Kereta Api akan terus ditingkatkan ke arah yang lebih baik lagi, baik dari segi inprastruktur maupun dari segi pelayanan  dan keamanan.

Sumber :



Lampiran :

Potret Suasana Kereta Api Ekonomi Beberapa Tahun Kebelakang

Sumber : google.com


Sumber : google.com






Potret Suasana Potret Suasana Kereta Api Ekonomi Sekarang

Sumber : google.com


Sumber : google.com

cece.sutisna@gmail.com